Cerita Sepak Bola: Maracanazo

Bagikan

Ini adalah bagian dari seri Cerita Sepak BolaIngin membaca cerita sepak bola lainnya? Bisa kunjungi laman kami.

Maracanazo. Kita tentu pernah mendengar kata ini dalam berita sepak bola. Apa yang terjadi sehingga kata ini menjadi populer? Berikut adalah ceritanya.

Cerita Sepak Bola: Maracanazo
Pemandangan Stadion Maracana pada saat laga Babak Final Piala Dunia 1950.

Maracanazo sendiri merujuk kepada sebuah laga yang terjadi di Piala Dunia 1950. Laga yang dimaksud adalah Brasil melawan Uruguay pada laga terakhir mereka di Babak Final. Dalam laga itu, Brasil kalah 1-2 sehingga Uruguay yang menjadi Juara Dunia. Kekalahan itu membuat Maracanazo (yang berarti Tamparan Maracana) menjadi populer dalam kultur Brasil. Maracana sendiri merujuk kepada nama stadion tempat laga berlangsung.

Latar Belakang

Brasil saat itu belum menjadi kekuatan sepak bola seperti yang kita kenal saat itu. Saat itu, Brasil sedang berusaha mengejar gelar Piala Dunia pertama mereka. Sementara Uruguay saat itu sudah menjadi Juara Dunia pada 1930 dan secara teknis belum pernah dikalahkan karena tidak mengikuti Piala Dunia 1934 dan 1938.

Namun di Piala Dunia 1950, Brasil membuat inovasi untuk meningkatkan penjualan tiket laga. Piala Dunia yang biasanya selalu dimainkan dengan sistem Babak Gugur sedari awal, diubah menjadi Babak Grup dan Babak Final yang juga dimainkan dengan sistem grup. Ini membuat Piala Dunia 1950 menjadi tidak ada laga Final.Cerita Sepak Bola: Maracanazo

Brasil, yang menang 7-1 melawan Swedia dan 6-1 melawan Spanyol, hanya membutuhkan hasil imbang untuk memastikan diri menjadi juara. Sementara Uruguay hanya bermain imbang 2-2 melawan Spanyol dan menang 3-2 melawan Swedia, sehingga butuh menang untuk menjadi juara.

Publik Brasil sudah kadung angkuh dan percaya Brasil akan menjadi pemenang. Salah satu koran ternama Brasil, O Mundo, bahkan sudah mewartakan Brasil sebagai Juara Dunia sehari sebelum laga dilangsungkan. Obdulio Varela, kapten Uruguay, geram dengan berita itu dan membeli koran tersebut sebanyak-banyaknya. Dia kemudian meletakkan koran tersebut di lantai hotel yang ditempati Uruguay dan meminta seluruh skuad untuk kencing di halaman-halaman koran tersebut.

Ringkasan Peristiwa

Brasil pada laga itu sempat unggul terlebih dahulu lewat gol dari Albino Friaca. Namun Uruguay kemudian membalikkan keadaan lewat gol Alberto Schiaffino dan Alcides Ghiggia. Setelah gol Ghiggia, Varela mengatakan kalau stadion menjadi senyap. Ini berlangsung hingga wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya laga.

Yang Terjadi Setelahnya

Cerita Sepak Bola: Maracanazo

Stadion berada dalam kesunyian yang mencekam setelah laga usai. Meskipun pemain-pemain dan pendukung Brasil menerima kekalahan dengan lapang dada, dilaporkan bahwa hotel tempat pendukung Uruguay diserang oleh pendukung Brasil. Varela bahkan menerima trofi Piala Dunia dari Jules Rimet di lorong stadion Maracana untuk menjaga perasaan penonton Brasil saat itu. Moacir Barbosa, kiper Brasil yang saat itu menolak menggunakan sarung tangan, menjadi sasaran rasisme sesuai laga tersebut. Dalam sebuah wawancara beberapa saat sebelum dia meninggal akibat serangan jantung pada tanggal 7 April 2000, Barbosa mengatakan, “Waktu maksimal di penjara Brasil itu 30 tahun. Tapi saya merasa seperti sudah dipenjara 50 tahun.”

Brasil bahkan kemudian mengadakan sayembara untuk mengganti jersi putih yang mereka kenakan di laga itu. Aldyr Garcia Schlee, seorang ilustrator koran lokal Brasil, kemudian mendesain jersi Brasil yang kita kenal saat ini, dengan baju warna kuning dan celana warna biru. Kita tahu Brasil kemudian menjadi Juara Dunia lima kali pada tahun 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. Namun Maracanazo akan tetap abadi di ingatan publik Brasil sebagai noda hitam dalam sejarah sepak bola mereka.

Simak informasi sepak bola terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.