Cerita Sepak Bola: Battle of Santiago

Bagikan

Ini adalah bagian dari seri Cerita Sepak BolaIngin membaca cerita sepak bola lainnya? Bisa kunjungi laman kami.

Kita semua pasti tahu mengenai kartu kuning dan kartu merah. Dua kartu sakti yang dimiliki wasit yang bertujuan untuk mengurangi kekasaran dalam permainan sepak bola.

Cerita Sepak Bola: Battle of Santiago
Wasit Graham Poll memegang kartu kuning dan kartu merah pada sebuah laga Piala Dunia 2006.

 

Namun, sebenarnya, pada awal sepak bola dimainkan, kartu kuning dan kartu merah ini tidak ada. Semua berubah karena sebuah laga yang kemudian dikenal dengan Battle of Santiago. Laga yang mendapat julukan ini adalah Cile melawan Italia di Piala Dunia 1962. Lalu apa yang terjadi hingga FIFA kemudian memperkenalkan kartu kuning dan kartu merah?

Latar Belakang

Untuk memahami tensi yang terjadi di laga tersebut, kita harus melihat apa yang terjadi sebelum laga ini berlangsung. Cile saat itu masuk ke Grup B pada Piala Dunia 1962. Selain Italia yang sudah disebutkan, ada juga Jerman Barat dan Swiss yang berada di grup tersebut. Nah, cerita kita dimulai ketika Cile akan bertemu Italia di laga kedua Babak Grup.

Sebelum laga berlangsung, dua jurnalis Italia, Antonio Ghirelli dan Corrado Pizzinelli, mengejek kota Santiago yang akan menjadi kota tempat laga berlangsung. Mereka mengatakan bahwa “telepon tidak bekerja, taksi itu langka seperti suami setia, telegram/surat ke Eropa itu harganya mahal, dan kalaupun bisa kalian dapatkan, juga baru bisa diterima setelah lima hari.” Sontak ini membuat rakyat dan pemain-pemain Cile marah kepada Italia. Maka, ketika kedua tim kemudian bertemu, tensi panas tidak bisa dihindari.

Ringkasan Peristiwa

Cerita Sepak Bola: Battle of Santiago
Giorgio Ferrini harus diusir keluar lapangan dengan bantuan kepolisian Cile.

 

Laga berlangsung keras. Pelanggaran pertama saja terjadi di detik ke-12. Giorgio Ferrini kemudian diminta keluar oleh wasit setelah melakukan tekel keras ke Honorino Landa. Namun, Ferrini tidak mau meninggalkan lapangan karena dia tidak mengerti kata-kata Aston. Dia pun harus meminta bantuan kepolisian Cile untuk mengusir Ferrini keluar lapangan.

Setelah keluarnya Ferrini, laga tetap berlangsung keras. Mario David pun diusir kemudian setelah mencoba menendang kepala Leonel Sanchez. Namun, patut disorot bahwa Sanchez sebelumnya juga melakukan tinju ke arah kepala David. Wasit Ken Aston yang saat itu bertugas tidak berani mengusir Sanchez karena takut dicemooh oleh pendukung tuan rumah saat itu.

Laga ini dimenangkan oleh Cile dengan skor 2-0. Namun tidak ada yang peduli dengan skor akhir laga tersebut. Media-media lebih menyorot ke kekerasan yang terjadi selama laga berlangsung.

Yang Terjadi Setelahnya

Aston, wasit yang bertugas di laga itu, sangat trauma dengan kejadian yang terjadi selama laga tersebut. Dia pun pensiun dari tugas wasit sepak bola internasional setelah laga tersebut. Dia kemudian pensiun dari wasit secara penuh setelah Final Piala FA setahun kemudian.

Sebenarnya selain laga Battle of Santiago tersebut, ide kartu kuning dan kartu merah itu juga datang dari laga Piala Dunia 1966 antara Inggris dan Argentina, ketika Aston sudah menjadi bagian dari Komite Wasit FIFA. Saat itu, laga juga berlangsung keras dan kapten Argentina, Antonio Rattin, juga diusir dari lapangan oleh wasit yang bertugas saat itu, Rudolf Kreitlein. Namun, karena Kreitlein hanya bisa bahasa Jerman dan Inggris, serta Rattin yang hanya bisa bahasa Spanyol, Rattin pun tidak keluar dari lapangan selama 10 menit.

Aston yang tidak ingin kejadiannya di 1962 dan Kreitlein di 1966 terulang, segera mencoba memikirkan solusi. Ketika melewati Kensington High Street, dia yang sedang mengendarai mobil harus berhenti karena lampu lalu lintas berubah ke warna merah. Dia pun kemudian terinspirasi membuat kartu kuning dan kartu merah dari lampu lalu lintas tersebut, karena “kita semua kebanyakan pasti berhenti ketika lampu merah menyala dan berhati-hati ketika lampu kuning menyala. Itu yang menjadi inspirasiku membuat peringatan kepada pemain dalam bentuk kartu kuning dan kartu merah ini.”

Di Piala Dunia 1970, kartu kuning dan kartu merah ini pun kemudian digunakan pertama kalinya. Ini membuat pemain dapat melihat jelas apakah wasit menilai mereka melakukan pelanggaran keras atau tidak. Dan sekarang, dari semenjak Kurt Tschenscher memberikan kartu kuning kepada Gustavo Pena di laga pembuka Piala Dunia 1970 itu, kartu kuning dan kartu merah menjadi identitas terpenting wasit selain peluitnya. Semua karena Battle of Santiago.

Simak informasi sepak bola terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.